Transjakarta telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta selama lebih dari dua dekade. Sebagai moda transportasi umum yang terjangkau dan efisien, Transjakarta membantu memfasilitasi mobilitas masyarakat dan mengurangi kemacetan di ibu kota. Awal mula Transjakarta sebagai moda transportasi unggulan warga Jakarta bermula dari gagasan pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) yang pertama kali di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Gagasan ini mulai terwujud pada 1 Februari 2004 di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007, Sutiyoso. Inspirasi pembangunan Transjakarta datang dari sistem BRT di Bogotá, Kolombia. Koridor pertama yang dioperasikan adalah Koridor 1 (Blok M–Kota Tua Jakarta) dengan panjang lintasan 15,48 kilometer pada 15 Januari 2004. Transjakarta pun mengalami beberapa perubahan dalam struktur manajemen dan status hingga menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama resmi PT Transportasi Jakarta pada 27 Maret 2014. Perkembangan Transjakarta terus berlanjut dengan pembukaan koridor baru, transformasi logo, dan peningkatan armada. Transjakarta juga terus berinovasi dengan peluncuran bus listrik dan aplikasi navigasi “TJ: Transjakarta” pada September 2024. Saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang mempertimbangkan kenaikan tarif Transjakarta menjadi Rp5.000 per penumpang untuk menjaga keberlanjutan layanan dan meningkatkan fasilitas bagi penumpang, tetapi subsidi akan tetap diberikan untuk golongan tertentu. Dengan terus melakukan inovasi, Transjakarta diharapkan tetap menjadi pilihan transportasi yang berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta.








