Pada tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengidentifikasi sejumlah sektor yang masih prospektif untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Salah satunya adalah industri pengolahan atau manufaktur serta perdagangan besar yang mendominasi porsi penyaluran kredit perbankan. Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menegaskan bahwa kedua industri ini masih memiliki potensi yang baik untuk dibiayai oleh perbankan.
Data OJK mencatat bahwa laju pertumbuhan kredit pada sektor manufaktur terus meningkat setiap tahunnya, dengan rasio NPL yang tetap terjaga. Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur memiliki potensi pertumbuhan yang besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan ekspor barang jadi ke berbagai negara.
Meskipun demikian, kondisi global yang tidak pasti masih menjadi tantangan, terutama terkait kebijakan tarif impor global dan pengenaan tarif AS untuk Indonesia. OJK menekankan perlunya pemantauan yang continue terhadap perkembangan kebijakan tarif guna menjaga daya saing produk ekspor Indonesia.
Di samping itu, sektor non-migas juga dinilai memiliki prospek yang baik ke depan, terutama dalam industri elektronik, otomotif, dan pengembangan semikonduktor. Potensi pengembangan nikel sebagai bahan baterai lithium EV juga menjadi sorotan, mengingat Indonesia merupakan penghasil nikel terbesar.
Meskipun berbagai sektor ini menjanjikan, OJK tetap mendorong perbankan untuk melakukan analisis mendalam terhadap kondisi ekonomi global dan domestik guna mengantisipasi penurunan kinerja industri komoditas yang dapat berdampak pada kualitas kredit bank. Dengan demikian, pembiayaan yang diberikan oleh perbankan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan industri dalam negeri.
